Sunday, October 11, 2020

RISALAH AL-QADHA' KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB


 Risalah al-Qadha’u[1]

اما بعد فان القضاء فريضة محكمة وسنة متبعة

Amma ba'du. Sesungguhnya memutuskan perkara adalah fardlu yang dikokohkan dan sunnah yang harus diikuti.

فافهم اذا ادلي إليك فانه لا ينفع تكلم بحقي لا نفاذ له

Lalu fahamilah apabila diajukan kepadamu (suatu perkara), dan putuskanlah apabila telah jelas (kedudukannya), karena sebenarnya tidaklah ada artinya bicara soal keadilan tanpa ada pelaksanaannya.

اس بين الناس في مجلسك و في وجهك وقضائك حتى لا يطمع شريف في حيفك ولا ييأس ضعيف من عدلك

Sama ratakanlah manusia (pihak-pihak yang berperkara) dalam majlismu, dalam pandanganmu, dan dalam keputusanmu, sehingga orang yang berpangkat tidak akan mengharapkan penyelewenganmu, dan orang yang lemah tidak sampai putus asa mendambakan keadilanmu.

البينة على المدعي واليمين على من انكر

Bukti itu (wajib) atas penggugat (penuduh), sedang sumpah itu (wajib) atas pihak yang menolak (gugatan/tuduhan).

السلح جائز بين المسلمين الا صلحا احل حراما او حرم حلالا

Dan boleh mengadakan perdamaian di antara kaum Muslimin, kecuali perdamaian yang menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal.

و من ادعى حقا غائبا او بينة فاضرب له امدا ينتهي اليه فان بينه اعطيته بحقه وان اعجزه ذلك استحللت عليه القضية فان ذلك ابلغ في العذرواجلى للعمى

Dan barangsiapa yang mendakwakan suatu hak yang tidak ada di tempatnya, atau suatu bukti, maka berilah tempo kepadanya sampai ia dapat membuktikan dakwaannya, kemudian kalau ia dapat membuktikannya, maka berikanlah haknya itu, tetapi kalau ia tidak mampu membuktikannya, maka ia berhak dikalahkannya, karena yang demikian itu lebih mantap bagi keuzurannya dan Iebih menampakkan barang yang tersembunyi.

BACA JUGA SEJARAH PERADILAN DARI MASA KE MASA

ولا يمنعنك قضاء قضيت فيه اليوم فراجمعت فيه رايك فهديت فيه لرشدك ان تراجع فيه الحق، فان الحق قديم لا يبطله شيء و مراجعة الحق خير من التمادي في الباطل

Dan janganlah sekaIi-kali, suatu keputusan yang telah engkau jatuhkan hari ini, menghalang-halangimu untuk engkau tinjau kembali, lalu engkau memperoleh petunjuk agar engkau kembali kepada kebenaran, karena sesungguhnya kebenaran itu (harus) didahulukan, tidak dapat dibatalkan oleh apapun, sedang kembali kepada kebenaran itu lebih baik daripada terus bergelimang dalam kebatilan.

والمسلمون عدول بعضهم على بعض الا مجربا عليه شهادة زور او مجلودا في حد اوظنينا في ولاء او قرابة فان الله تعالى تولى من العباد السرائر وستر عليهم الحدود الا بالبينات والايمان

Orang-orang Islam itu (dianggap) adil sebagian mereka terhadap sebagian yang lain, kecuali orang yang pernah memberikan kesaksian palsu atau orang yang pernah dijatuhi hukuman had, atau orang yang diragukan tentang asal-usulnya, karena sesungguhhya Allah yang mengetahui rahasia-rahasia manusia dan menghindarkan hukuman atas mereka, kecuali dengan adanya bukti-bukti atau sumpah-sumpah.

ثم الفهم الفهم في ما ادلي اليك مما ورد عليك مما ليس في قران ولا سنة ثم قايس الامور عند ذلك، واعرف الامثال ثم اعمد فيما براء الى احبها الى الله واشبهها بالحق

Kemudian fahamilah dengan sungguh-sungguh tentang perkara yang diajukan kepadamu, yang tidak terdapat (ketentuan hukumnya) di dalam Qur’an dan tidak terdapat pula di dalam Sunnah Nabi saw,, kemudian bandingkanlah perkara-perkara itu, dan perhatikanlah (perkara) yang serupa (hukumnya dengan perkara-perkara itu), kemudian pegangilah mana (hukum) yang menurut pendapatmu lebih diridhai Allah dan lebih mendekati kebenaran.

Hindarkanlah dirimu dari marah, pikiran yang kacau (goyah), rasa jemu, menyakiti orang yang berperkara, dan bersikap keras pada waktu menghadapi mereka, karena memutus perkara di tempat yang benar, adalah termasuk pekerjaan yang dipahalai oleh Allah dan membawa nama baik, maka barangsiapa memurnikan niatnya demi mencari kebenaran, walaupun merugikan diri sendiri, maka Allah akan memberinya kecukupan, dan barangsiapa berlagak (memiliki keahlian) yang tidak ada pada dirinya, maka pasti Allah akan (membuka rahasia) kejelekannya itu, karena sesungguhnya Allah tidak akan menerima (amal) dari hamba(Nya) kecuali (amal) yang didasari dengan ikhlas, lalu bagaimanakah persangkaanmu tentang pahala dari Allah, baik yang akan segera diberikan maupun yang berada di dalam perbendaharaan rahmat-Nya.

Wassalamu’alaikum warahmatullah.

 



[1]Ibnul Qayim al-Jauziyah, A’lamul Muwaqqi’in, Juz 1, h. 85-86.

0 komentar:

Post a Comment